Tuesday, October 11, 2011

Harus Berobat ke Singapura!! (jokes)

ini cuman nulis ulang curhatan iseng dosen gw
:p
Bukan ngejelek2in, hanya lihatlah kadang bertapa bodohnya kita, wkwkwkwk


Suatu hari, seorang pasien datang berobat ke salah satu dokter di Indonesia...

P (pasien) : Dok, sepertinya leher saya ada yg aneh, berasa sakit banget
D (dokter) : hmm... Sepertinya anda capek ketika bekerja, sehingga otot2 leher anda ketarik. Lebih baik anda banyak istirahat disertai minum obat yang saya beri
P : ah, saya kgk percaya akan pernyataan dokter, koq tidak dscan sekalian pke rontgen, CT scan, atau apapun dh
D : yaa, itu bukan penyakit koq, cuman masalah otot tertarik saja
P : Kgk percaya, pokoknya saya mau periksa ke dokter di Singapura!!

Seminggu kemudian...

P : Liat nih dok! *dengan muka bangga + sombong*
D : ?
P : Ini hasil2 pemeriksaan dari Singapura, liat2, lengkap banget loh! Dari pemeriksaan rontgen, CT scan, tes darah, smuanya deh, LENGKAP!!

*hening bbrp detik, kyknya si dokter bengong*

D : emm, biaya pemeriksaan kamu ini brapa?
P : Oooow, hanya 10 juta saja dok! Terjamin banget!
D : Iya2, terjamin. Daaaan, dokter dsana kasih solusi nya apa buat penyakit mu?
P : .... *hening, trus keluarin sesuatu dr kantong celana* Pakai Voltaren dok...


*fyi, Voltaren itu kyk Counterpain, obat analgesik buat ngobatin sakit otot*



off from keyboard...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

8 comments:

  1. (bagian 1 dari 2)

    Kalau saya jadi orang yang periksa di Singapura itu, mau keluar uang 10 juta cuma untuk memastikan bahwa tidak ada apa2 sama kesehatan saya juga dengan senang hati dan lapang dada saya keluarkan itu 10 juta. Apalah artinya 10 juta, 100 juta pun juga kalau mampu saya keluarkan. Ketenangan hati itu nggak bisa diukur dengan uang harganya.

    Kalau dari pengalaman pribadi saya dan pengalaman pribadi kerabat2 dekat, jauh dan kenalan saya tanpa terkecuali, hasil berobat di Singapura selalu lebih baik dibanding dengan hasil berobat di Indonesia. Bukan hanya saja dokter2nya disana yang kebanyakan lulusan universitas2 peringkat 100 besar dunia di UK dan USA, kelengkapan alat2 medis mereka yang selalu selangkah lebih maju dibanding di Indonesia dan staff perawat mereka yang kebanyakan lulusan S1 perawatan (bukan cuma D3 keperawatan seperti rata2 perawat di Indonesia), service mereka lebih efisien, efektif, cepat, bersih, kompeten, dan bertanggungjawab.

    Memang mungkin bagi kamu orang2 Indonesia yang berobat ke Singapura itu 'bodoh', but let me tell you something, kesehatan itu tidak bisa dinilai dengan uang. Anda sebagai mahasiswa di bidang healthcare (maaf saya belum jelas status anda apakah anda mahasiswa kedokteran atau bagaimana, tapi saya baca anda akan ujian OSCE yang setahu saya adalah uji kemampuan klinik, jadi anda pastinya mahasiswa di bidang healthcare) apakah bisa menjamin kalau nasihat dokter di Indonesia itu sama baiknya dengan nasihat dokter2 di negara maju? Saya sih pesimis!

    Mungkin anda meminta saya untuk melihat segalanya secara objektif, tapi bagaimana saya bisa objektif kalau 3 orang terdekat dalam hidup saya jadi kacau balau badannya karena ditangani oleh dokter2 yang notabene kabarnya adalah dokter2 paling wahid di Indonesia yang appointment nya saja harus nunggu seminggu? Setelah mengeluarkan uang yang ratusan juta rupiah ternyata gagal operasi? Dan bagaikan habis ditampar lalu diludahi, dokter2 tersebut menganjurkan kami untuk...guess what...cek lebih lanjut di SINGAPURA?

    BTW, setelah 3 orang kerabat terdekat saya itu cek di Singapura, semua dokter2 di Singapura itu sukses gemilang 'memberesi' masalah kesehatan mereka. Sekarang prognosis mereka bagus dan setelah 10 tahun tidak ada masalah baru. Lucu sekali, padahal 1 dari 3 kerabat saya itu sudah di diagnosis sebagai gone case (tidak ada harapan lagi) sama 2 orang dokter di Indonesia. Tapi pas di Singapura, dokter Singapura itu dengan entengnya tertawa kecil dan mengatakan bahwa harapan hidup masih besar dan kasusnya bisa ditangani.

    Setelah pulang ke Indonesia, kami kembali ke dokter Indonesia yang mem-vonis kerabat saya itu tidak punya harapan hidup lagi. Kami 'pamerkan' hasil2 gemilang dari perobatan kami di Singapura dan dokter Indonesia itu senang sekaligus kagum dan mengakui bahwa hasil perawatan di Singapura itu sukses buat kerabat saya ini.

    Oh iya, perlu saya tambahkan, biaya perobatan di Singapura itu hampir selalu lebih murah daripada di Indonesia, sebatas pengalaman saya. Initial cost nya memang lebih murah di Indonesia, tapi disebabkan rumah sakit - rumah sakit di Indonesia yang kelewat materialistis dan sifatnya menghisap uang pasien, jatuhnya lebih mahal di Indonesia dibandingkan dengan sistem perobatan di Singapura yang praktis, cepat, efisien, meyakinkan, dan 100% dikontrol dan dijamin pemerintah Singapura.

    Kalaupun lebih mahal itu bukan dari biaya pengobatannya, tapi biaya tiket pesawat dan akomodasi pengikut2 pasien sewaktu di Singapura. Itu saja bedanya.

    Bagaimana, apakah anda masih bisa bercanda soal ini? Apa pembelaan anda terhadap kasus saya ini yang notabene hanya satu dari ribuan orang2 Indonesia yang sukses berobat di Singapura?

    (bersambung ke bagian 2)

    ReplyDelete
  2. (bagian 2 dari 2)

    Saya hanya ingin menambahkan sedikit renungan. Kami sebagai pasien awam, bukanlah orang2 bodoh. Coba anda tanya sendiri, berapa banyaknya orang2 Indonesia yang berbondong2 berobat ke Singapura? Apa anda pernah lihat rumah sakit Gleneagles & Mount ELizabeth di Singapura? Saya berani jamin 70% isinya orang Indonesia semua. Tidaklah mungkin - sekali lagi saya tekankan tidaklah mungkin sebanyak itu orang Indonesia yang ke Singapura kalau memang mereka tidak yakin bahwa pengobatan di Singapura itu jauh lebih efektif dibanding di Indonesia. Tidaklah mungkin kesemuanya dari mereka itu 'orang bodoh' karena mereka pastinya sudah memiliki pengalaman FIRST HAND atau setidak2nya pengalaman baik dari kerabat2 mereka yang gagal berobat di Indonesia namun sukses berobat di Singapura.

    Dosen anda yang memberikan curhatan ini hanya sifatnya sebagai 'penghiburan' saja, sebab kalau mahasiswa kedokteran di Indonesia tidak diberi kepercayaan dan keyakinan bahwa hasil lulusan dan didikan mereka sama dengan di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan sebagainya, tidak akan ada orang Indonesia yang mau jadi dokter dengan kuliah di Indonesia!

    Disini saya sama sekali tidak mengatakan bahwa orang Indonesia kalah pintar dengan orang2 negara maju. Itu salah sesalah2nya. Namun, kualitas pendidikan, kualitas lingkungan, kualitas perlengkapan, kualitas penunjang, kualitas keuangan, kualitas infrastruktur dan beragam unsur2 lainnya yang kalau saya sebutkan satu persatu sampai besokpun tidak akan selesai, kualitas2 tersebut di Indonesia itu jauh, jauh sekali tertinggal dibanding dengan di Singapura. Inilah yang menyebabkan kenapa tenaga dokter di Indonesia, walaupun (mungkin) mereka secara pribadi itu pintar2, tidak sebaik di Singapura!

    Kalau anda tidak percaya, coba deh anda cek berapa mahasiswa di Indonesia yang bisa diterima di FKUI atau fakultas kedokteran Indonesia lainnya yang TIDAK bisa diterima di fakultas kedokteran di NUS (National University of Singapore) - Sebuah universitas yang tidak pernah tidak ranking 50 besar menurut QS World & Times Higher Education rankings. Jangankan bicara NUS, saya berani jamin, mayoritas dari mahasiswa kedokteran yang bisa diterima di FKUI itu diterima di University of Malaya (di Malaysia) saja tidak bakalan.

    Anda lihat saja, bahkan menteri2 Indonesia, yang notabene adalah penyelenggara pemerintahan di Indonesia sendiri, berobat dimana kalau sakit? Ya jelas Singapura! Mantan presiden Megawati saja dokternya sama dengan dokter saya di Singapura! Kalau presiden saja sudah tidak percaya pengobatan di Indonesia, bagaimana kita rakyat kecil??

    Sebagai penutup, saya ingin memberikan renungan pada anda. Disini saya minta anda memakai akal sehat dan common sense anda. Apabila orang punya uang di Indonesia, katakanlah kalangan menengah ke-atas, apabila mereka sakit, apakah mereka akan memilih ke rumah sakit, atau ke puskesmas?

    Mengapa orang2 menengah kebawah dan yang di daerah2 kurang mampu life expectancy-nya lebih kecil dibanding dengan orang2 berduit atau orang2 di negara maju?

    Uang memang tidak bisa membeli nyawa, tapi uang bisa memperpanjang nyawa. Omong kosong kalau di Indonesia itu kualitas perawatannya sama dengan di Singapura. Anda jangan dibodohi dengan dosen anda atau dengan orang2 yang kebetulan tidak mampu secara finansial untuk berobat di Singapura dan lantas menghibur2 diri dengan berfikiran bahwa di Indonesia perwatan juga sama bagusnya, bahkan mencibir orang2 'bodoh' Indonesia yang berobat ke Singapura.

    Buktinya sudah ada. Bandingkan saja statistik life expectancy orang Indonesia (70 tahun rata2) dan Singapura (80 tahun rata2). Saya yakin pengaruh besar dari tingginya life expectancy di Singapura ini adalah karena pelayanan medis nya yang kompeten, tidak seperti di Indonesia.

    ReplyDelete
  3. (penutup)

    Jadi jangan berharap atau bahkan berkhayal bahwa kalangan berduit di Indonesia itu akan sudi berobat di Indonesia kalau memang mereka punya uang untuk berobat di negara2 maju! Jangankan sakit otot leher yang bisa artinya bermacam2, dari keseleo sampau kanker, ada dermatitis atau gatal2 kecil di kulit saya saja saya ingin cepat2 ke Singapura!

    Salahkan dosen anda, salahkan menteri kesehatan anda, kenapa kok rakyatnya sebegini hilang kepercayaannya pada pelayanan medis di Indonesia??

    ReplyDelete
  4. (part1)
    hebat komentar diatas yah. panjang lebar uda kayak tulis cerpen.. hahaha

    bener apa yang dikatakan oleh si "anonim" diatas. mayoritas golongan masyarakat Indonesia yang tergolong menengah keatas akan lebih melirik negara2 lain yang KATANYA memiliki kemampuan pengobatan lebih baik dari negaranya sendiri. (Gosip lebih menjanjikan... iya ga?)

    Soal ketenangan hati, itu sih namanya persepsi. kalo persepsi sama dokter2 di indo uda jelek.. yah ga tenang atuh. JANGAN GABUNGKAN persepsi dan asumsi dengan kenyataan. itu uda dua hal yang berbeda.

    Jika si anonim di atas adalah seorang (calon) tenaga medis, semestinya anda sudah mengetahui dasar diadakan ujian OSCE. Ujian OSCE tidak hanya dilakukan di negara Indonesia. Jikalau anda pesimis dengan benih2 dokter di Indonesia, saya sarankan. Jaga kesehatan anda agar tidak perlu ke dokter2 di luar negeri untuk berobat, karena anda tidak merasa perlu ke dokter di Indonesia. Dokter di Indonesia jauh lebih hebat dari yang anda bayangkan. Pandangan anda kurang luas untuk melihat kedokteran. Saya ingin berkomentar mengenai kata2 anda 'kesehatan itu tidak bisa dinilai dengan uang'. Anda salah. Justru kesehatan dapat diukur/dinilai dengan uang. Semakin kaya anda, semakin berusaha anda untuk semakin sehat. yang penting adalah kesadaran untuk sehat.

    Sebenarnya, kedokteran di Indonesia tidak dapat dikatakan buruk. Mengenai zero percent possibility to survive, kita sebagai masyarakat awam tidak dapat mengatakan bahwa seorang dokter yang men"judge" demikian tidak berdasarkan apa2 alias berdasarkan 100% kira2/asumsi. Tidak demikian. Terhadap harapan pasien yang sakit (keras), dokter2 di Indonesia DAN di seluruh dunia, memiliki acuannya untuk menentukan sisa hidup si pasien. Silahkan anda membaca melihat acuan2 tersebut di website2/buku2 kedokteran.

    Jikalau ingin membandingkan kemampuan dokter (umum, gigi atau spesialis) lulusan Indonesia atau luar negeri, sebenarnya kualitasnya tidak jauh beda. Materi2 yang diajarkan pada intinya sama. Semua orang yang menyandang gelar dokter pasti memiliki kompetensi dasar sebagai dokter.

    Yah... kalo ngomong tentang gagal, dokter di singapura tidak beda dengan dokter di indonesia. mereka tetap mengalami kegagalan. Ada satu hal yang paling penting terhadap harapan pasien untuk hidup dan sehat yaitu: optimis. Keoptimisan sang pasien inilah yang sangat penting. Optimis akan keberhasilan si dokter, optimis akan sembuh. Jika optimis ini tidak ada. Saya jamin, pasien tidak akan selamat. Rasa optimis ini berkaitan dengan reaksi tubuh melawan penyakit dan menaikan harapan untuk hidup. Bisa saja kerabat anda sembuh di singapur gara2 optimis, sementara di indonesia, cemas akan kematian.

    ReplyDelete
  5. (part2)
    akhirnya sampai juga di hal yang saya ingin komentari. Anda salah besar jika mengatakan mahasiswa yang keterima di UI belom tentu dapat di terima di NUS atau University of Malaya. Disini bukan berarti kemampuan anak2 indonesia sangat minim hingga tidak dapat masuk keterima disana. Hanya saja, sistem pengajaran di Indonesia kurang sesuai untuk diterima disana. Ketika SMA, saya belajar buku2 A-level Singapura dan itu semua memang beda dengan bahasan2 di buku2 lokal. Namun, sisi baiknya, buku2 A-level itu tidaklah semua perlu kita pelajari.

    Ada seorang teman saya yang ketika SMA 1-2 nilainya tidak jauh2 dari saya. Ketika kelas 3 SMA, ia pindah ke luar negeri. UNtuk masuk menjadi seorang dokter (pada saat itu di malaysia, masuk foundation di monash) membutuhkan (kalau tidak salah) nilai 96/100. Dan dia mendapatkan nilai 92. Memang tidak dapat menjadi calon dokter untuk saat itu, tetapi yang saya ingin tekankan adalah: Jikalau dia yang nilainya seputar2 saya, sementara nilai saya hanya kurang lebih diatas rata2 kelas, bagaimana dengan yang memiliki peringkat 1-10 dikelas? (dikelas kira2 ranking saya selalu >10). Masihkah anda berpendapat bahwa anak2 UI belom tentu masuk ke NUS atau University of Malaya?

    Sebagai penutup, saya sama sekali tidak mengatakan bahwa pengobatan di Singapura JAUH lebih bagus daripada di Indonesia. Dan saya juga tidak mengatakan bahwa dokter2 di Singapura maupun luar negeri lebih berkompetensi daripada dokter2 di Indonesia. Jikalau anda memiliki banyak uang dan penyakit seringan apapun langsung berobat ke singapura, ANDA BODOH.
    dengan kata lain, anda hanya mencari suatu kenyamanan yang hanya ada di pikiran/persepsi anda. Cobalah liat segala sesuatu lebih objektif. Jangan hanya subjektif.

    ReplyDelete
  6. thnx saran2 dan masukannya

    btw Anonymous, cek jg dr hidup u, klo memang sering sakit kt msh cek dulu, apakah anda setiap hari mengkonsumsi junk food? (salah satu faktor penyebab penyakit)

    dan satu lg, klo memang perkembangan ilmu dokter d indo kurang, gpp. asal gw dan tmen2 gw ada kmauan menimba ilmu lebih dengan blajar dr berbagai sumber (internet, buku) tidak menutup kemungkinan pelayanan yg kita akan berikan bisa lebih baik
    jangan pesimis dokter di indo sucks smua, ada bbrp yg memberikan pelayanan dengan maksimal jg koq


    satu lg dh
    doakan jg supaya pelayanan medis di indo mengalami kemajuan, hehe


    Peace yo!
    ^^v

    ReplyDelete
  7. yo wes lahh, wong duit-duit dia kok, mau ke singapura kek, amerika kek, australia kek, zimbabwe, nigeria, antartika, ke bulan, ke mars kek, sebodo teing lahhh. Hak dia juga kok??

    kite2 rakyat melarat yg dikelola pemerintah korup melarat ya gini-gini aja dahhh hahahahaha. kalo mati ya mati, kalo mesti kembali ke akhirat ya memang sudah kehendak-Nya

    ReplyDelete
  8. Saya mau berpesan sedikit aja untuk semua calon dokter di Indonesia: mohon supaya memberikan diagnosa dengan jujur dan berkata tidak tahu kalau memang tidak tahu atau merujuk kepada dokter lain. Anda semua bukan Tuhan dan bukan wakil Tuhan, jadi anda bisa saja salah dan salah itu manusiawi...

    Kami sbg pasien capek dibodohi oleh dokter2 yg hanya mencari keuntungan dengan 'berdagang obat' atau 'ingin menggantikan posisi Tuhan'.

    Tolong disampaikan kepada semua calon dokter yg anda temui...jadilah dokter yang jujur.

    ReplyDelete